6 Sebab Munculnya Pemikiran Sesat

<br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYT2kw_0VpBzJL__LXNS2lc28GDYkLcWIKvkP35k2qelgRUiXr1AZjUp2Oxy0pdQLxETN6QV1Pci4fXKal3wktwSmoPK_Juej8Hik6OaCYavyPdQ8HcdsoiZj6KhyTLHxH285bdksY37x9/s320/sesat.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYT2kw_0VpBzJL__LXNS2lc28GDYkLcWIKvkP35k2qelgRUiXr1AZjUp2Oxy0pdQLxETN6QV1Pci4fXKal3wktwSmoPK_Juej8Hik6OaCYavyPdQ8HcdsoiZj6KhyTLHxH285bdksY37x9/s320/sesat.jpg" /></a></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 19.200000762939453px;">Pembicaraan ini menyoroti kesalahan golongan-golongan yang menyimpang dari Islam dalam hal metode pengambilan dalil yang mereka pakai sebagai landasan keyakinan dan sikap pandang mereka. Kesalahan-kesalahan itu dilakukan oleh orang yang menyimpang, baik karena kebodohan ataupun karena kekeliruan pemahaman, atau bahkan memang sengaja menyimpangkan Islam. Berhubung kesalahan-kesalahan itu akan mengakibatkan terseretnya pemahaman ke arah yang jauh dari kebenaran Islam, maka kita perlu mengetahuinya, agar terhindar dari kesalahan. Maka berbagai kesalahan akan diuraikan di sini secara singkat, insya Allah.</span></div> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; line-height: 19.200000762939453px;">Yang dimaksud dengan Istidlal adalah metode, uslub (gaya/ cara), dan kaidah-kaidah yang dilalui dalam mencari dalil untuk (landasan) aqidah, ataupun (landasan dalam melangsungkan) hawa nafsu, pembicaraan, bid’ah-bid’ah, dan pendapat-pendapat mereka.Dan inilah penjabaran </span><u style="background-color: white; box-sizing: border-box; line-height: 19.200000762939453px;">6 Sebab Munculnya Pemikiran Sesat</u></div> <u style="background-color: white; box-sizing: border-box;"><div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 19.200000762939453px;"><br /></span></div> </u><div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 19.200000762939453px;"><br /></span></div> <b style="background-color: white; box-sizing: border-box; line-height: 19.200000762939453px;"><div style="text-align: justify;"> <b style="box-sizing: border-box;">I. Mempercayakan akal dalam beristidlal mengenai yang ghaib.</b></div> </b></span><br /> <blockquote class="tr_bq" style="background-color: white; border-left-color: rgb(15, 131, 160); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; box-sizing: border-box; font-style: italic; line-height: 1.3em; margin: 15px; padding-left: 10px;"> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 1.3em;">Pengikut hawa nafsu (ahlul ahwa’) ketika mereka kurang perbendaharaannya dalam hal ilmu syari’at dan pemahaman sunnah, dan mereka menganggap remeh nash-nash (teks) syar’i, dan enggan mengikuti manhaj salaf, maka mereka berlindung kepada pendapat akal.</span></div> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Oleh karena itu ulama salaf memperingatkan agar waspada terhadap manhaj (pola) ahlul ahwa’ ini sejak dini, dan memperingatkan agar waspada terhadap pengikut-pengikut akal dalam hal agama.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Diriwayatkan dari Umar, ia berkata: “Jauhilah olehmu pengandal-pengandal pendapat (ash-habur ro’yi), karena mereka itu musuh-musuh sunnah, tertutup jalan untuk menghafal sunnah, tidak menggubris sunnah, dan (kalau) ditanya maka mereka menjawab mengenai agama dengan pendapat mereka.” Maka peringatkanlah bahwa mereka adalah musuh-musuh sunnah. (Dikeluarkan oleh Ibnu Abdil Bar dalam Jami’ bayan al-ilm 2/134, 135; dan lihat I’lamul muwaqqi’in 1/65, 46; dan Dar’ut ta’arudh 5/219).</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Dan diriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata: “Sesungguhnya golongan Qodariyah membawa pendapat mereka yang lemah (sampai) kepada (ihwal) ketentuan/ taqdir Allah, dan mereka berkata: Kenapa (Allah menentukan begitu)? Padahal tidak layak dikatakan kepada Allah kata-kata “kenapa?”, karena sesungguhnya Dia tidak ditanya tentang apa yang Dia perbuat, sedang mereka lah yang ditanya. (Shounul manthiq 51,52).</span></div> </span></blockquote> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b style="background-color: white; box-sizing: border-box; line-height: 19.200000762939453px;">II. Mengubah dalil dari pengertian aslinya</b></span></div> <blockquote class="tr_bq" style="background-color: white; border-left-color: rgb(15, 131, 160); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; box-sizing: border-box; font-style: italic; line-height: 1.3em; margin: 15px; padding-left: 10px;"> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 1.3em;">Para pengkut hawa nafsu menggunakan landasan (beristidlal) dengan dalil pada tempat yang bukan tujuan dalil itu, dan mereka memotong dalil-dalil menurut kecocokan hawa nafsu mereka. Mereka memegangi dalil dengan tak mau tahu (tajahul) terhadap hal-hal yang bertentangan dengan dalil itu, atau hal yang mengkhususkannya, atau yang menjelaskannya, atau yang mengikat/ membatasinya.</span></div> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Allah Ta’ala telah mencela golongan ini, karena yang demikian itu termasuk sifat orang-orang Yahudi, dan tidak diragukan lagi bahwa mereka yang merubah kalimat dari pengertian aslinya di kalangan ummat Islam ini—adalah mereka yang ahlul ahwa’/ pengikut hawa nafsu—ada tanda-tanda pada mereka, menyerupai orang-orang Yahudi. Sebagaimana diberitahukan oleh Nabi Shallallahu'alaihi wassallam dengan sabdanya:</span></div> </span><h4 style="box-sizing: border-box; font-weight: normal; margin: 0px; text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">لَتَتَّبِعُنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْراً بِشِبْرٍ وَذِرَاعاً بِذِرَاعٍ</span></h4> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">“Pastilah kalian akan mengikuti tingkah-tingkah orang dulu sebelum kamu sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta.” (Dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim). Dan Nabi  Shallallahu'alaihi wassallam  menafsirkan mereka (orang-orang sebelum kamu) itu adalah Yahudi, Nasrani, Parsi, dan Rumawi. Dan sungguh Allah telah mencela jenis ini dengan firman-Nya:</span></div> </span><h4 style="box-sizing: border-box; font-weight: normal; margin: 0px; text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">مِنَ الَّذِينَ هَادُوا يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَيَقُولُونَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَرَاعِنَا لَيًّا بِأَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِي الدِّينِ وَلَوْ أَنَّهُمْ قَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانْظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَأَقْوَمَ وَلَكِنْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُونَ إِلَّا قَلِيلًا(46)</span></h4> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">“Yaitu orang-orang Yahudi, mereka merubah perkataan dari tempat-tempatnya (maksudnya: merubah arti kata-kata, tempat atau menambah dan mengurangi). Mereka berkata: “Kami mendengar”, tetapi kami tidak mau menurutinya. Dan (mereka mengatakan pula) : “Dengarlah” sedang kamu sebenarnya tidak mendengar apa-apa. Dan (mereka mengatakan): “Raa’ina”, dengan memutar-mutar lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan: “Kami mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami”, tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, akan tetapi Allah mengutuk mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali iman yang sangat tipis.” (QS An-Nisaa’: 46).</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Dan firman Allah Ta’ala:</span></div> </span><h4 style="box-sizing: border-box; font-weight: normal; margin: 0px; text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">وَكَيْفَ يُحَكِّمُونَكَ وَعِنْدَهُمُ التَّوْرَاةُ فِيهَا حُكْمُ اللَّهِ ثُمَّ يَتَوَلَّوْنَ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ وَمَا أُولَئِكَ بِالْمُؤْمِنِينَ(43)</span></h4> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">“Dan bagaimanakah mereka mengangkatmu menjadi hakim mereka, padahal mereka mempunyai Taurat yang di dalamnya (ada) hukum Allah, kemudian mereka berpaling sesudah itu (dari putusanmu)? Dan mereka sungguh-sungguh bukan orang yang beriman.” (Al-Maaidah: 43).</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Dari itu semua, maka ahli hawa nafsu dan ahli bid’ah mengambil dalil yang menguntungkan mereka, dan meninggalkan yang menimpa mereka, baik dalil yang umum maupun yang khusus. Demikian pula dalam hal mencari dalil sebagai landasan dan dalam menyimpulkan hukum.</span></div> </span></blockquote> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b style="background-color: white; box-sizing: border-box; line-height: 19.200000762939453px;">III. Ta’wil</b></span></div> <blockquote class="tr_bq" style="background-color: white; border-left-color: rgb(15, 131, 160); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; box-sizing: border-box; font-style: italic; line-height: 1.3em; margin: 15px; padding-left: 10px;"> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 1.3em;">Ta’wil (pengalihan dari makna dhahirnya kepada makna yang lain) adalah senjata paling berbahaya yang digunakan ahli hawa nafsu dalam menetapkan dasar-dasar mereka yang rusak, dan pegangan mereka yang paling penting dalam menggunakan landasan dalil untuk pendapat-pendapat mereka yang rusak. Dan ta’wil itulah cara yang dijadikan tempat berlindung dalam menggempur nash-nash (teks ayat dan hadits) dan menolaknya dengan terang-terangan, atau menolak keargumentasiannya, hukumnya, dan makna-maknanya.</span></div> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Ta’wil itulah pintu yang dimasuki oleh seluruh aliran batil untuk menghancurkan pokok-pokok Islam.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Golongan Jahmiyah mengingkari nama-nama dan sifat-sifat Allah di bawah lambang ta’wil.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Golongan Mu’tazilah mengingkari sifat-sifat Allah juga di bawah panji-panji ta’wil.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Semuanya itu mengingkari ru’yatullah (melihat Allah, bagi penghuni surga) dan hal-hal yang ghaib (as-sam’iyyat) –mereka ingkari– dengan ta’wil.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Orang-orang mutakallimin (ahli ilmu Kalam) dari golongan Asy’ariyah dan Maturidiyah menafikan sebagian (‘aththoluu) sifat-sifat dan af’al (perbuatan-perbuatan) Allah dengan ta’wil.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Golongan Rafidhah/ Syi’ah, kebatinan, ghulat/ ekstrimis, shufi, dan falsafi merusak kaidah-kaidah dan pokok-pokok agama dengan ta’wil.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Ibnu Taimiyyah mengatakan: “Imam Ahmad telah mengingkari metode ahli bid’ah yang menafsiri Al-Quran dangan pendapat dan ta’wil mereka tanpa berlandaskan dengan sunnah Rasulullah  Shallallahu'alaihi wassallam , (mereka mengingkari pula) kata-kata shahabat dan tabi’in, yang kepada tabi’in itu telah disampaikan makna-makna Al-Quran oleh para sahabat. Sebagaimana para sahabat telah menyampaikan lafal-lafal Al-Quran kepada tabi’in, dan mereka (tabi’in) menukilnya seperti para sahabat telah menukilnya (dari Nabi  Shallallahu'alaihi wassallam ). Tetapi Ahli Bid’ah menta’wilkan nash-nash dengan ta’wil-ta’wil yang menyelisihi kehendak Allah dan Rasul-Nya, dan mereka mengaku-aku bahwa ta’wil itulah yang dipelajari oleh orang-orang yang ilmunya mendalam. Mereka (Ahli Bid’ah) itu dalam keadaan batil dalam hal ta’wil itu, lebih-lebih ta’wilan-ta’wilan Qaramithah, golongan kebatinan, golongan mulhid (ingkar ) dan demikian pula Ahli Kalam yang baru yaitu Jahmiyah, Qadariyah dan lainnya.” (Ibnu Taimiyyah, Al-Fatawa 17/ 415).</span></div> </span></blockquote> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 19.200000762939453px;"><br /></span></div> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><div style="text-align: justify;"> <b style="background-color: white; box-sizing: border-box; line-height: 19.200000762939453px;">IV. Berlandaskan dengan ayat dan hadits mutasyabih dan tidak mengembalikannya ke yang muhkam</b></div> </span><br /> <blockquote class="tr_bq" style="background-color: white; border-left-color: rgb(15, 131, 160); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; box-sizing: border-box; font-style: italic; line-height: 1.3em; margin: 15px; padding-left: 10px;"> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 1.3em;">Allah Ta’ala berfirman:</span></div> <h4 style="box-sizing: border-box; font-weight: normal; margin: 0px; text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ</span></h4> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">“Adapun orang yang hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta’wilnya.” (Ali Imran: 7).</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Ayat yang muhkamat ialah ayat-ayat terang dan tegas maksudnya, dapat difahami dengan mudah. Selain itu ada ayat mutasyabihat.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Dr Sa’id bin Nashir Al-Ghamidi menjelaskan, muhkam adalah yang jelas terang sebagaimana dalam firmanNya Ta’ala:</span></div> </span><h4 style="box-sizing: border-box; font-weight: normal; margin: 0px; text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">(وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا)[البقرة:83].</span></h4> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">dan berbuat baiklah kepada ibu bapak (QS Al-Baqarah: 83). Maka setiap orang yang dengar akan tahu yang dimaksud dengan walidain (ibu bapak), dan tahu makna ihsan (berbuat baik) kepada keduanya.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Adapun mutasyabih maka adalah yang kadang nampak maknanya bagi orang yang alim dan kadang samar menurut ilmu dan amal, dan kadang nampak sebagian maknanya dan tak nampak sebagian lainnya. Dan kadang samar yang dikehendaki darinya, maka tidak diketahui selain Allah Ta’ala. Misalnya istiwa’ (bersemayamnya) Allah Ta’ala di atas ‘arsy-Nya itu jelas maknanya, tetapi hakekatnya, dan bagaimananya itu termasuk mutasyabih (samar) yang tidak diketahui seorangpun selain Allah Ta’ala. Demikian pula sifat-sifat al-husna (sifat-sifat Allah yang terbaik) lainnya. Dan termasuk yang samar itu adalah yang dikehendaki dengan huruf-huruf muqotho’ah (potongan) pada awal-awal sebagian surat. (Dr Sa’id bin Nashir Al-Ghamidi, anggota pengajaran di Universitas Malik Abdul Aziz, al-Muhkam wal Mutasyabih, Fatawa dari situs alislam alyaum 22/11/1425ه, 22/ 11/ 1425H).</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Orang-orang ahli hawa nafsu, landasan mereka yang dijadikan sumber pengambilan adalah mengikuti ayat-ayat yang mutasyabih. Maka selanjutnya mereka menjadikan manhaj dalam pengambilan dalil sebagai landasan itu adalah mengambil yang mutasyabih dan berkubang di situ, serta tidak mengembalikannya kepada yang muhkam (yang pengertiannya jelas). Yang demikian itu tampak jelas dalam manhaj mereka dengan melandaskan pada ayat-ayat tentang shifat-shifat Allah (dianggap sebagai mutasyabih), padahal ayat-ayat shifat Allah itu semuanya adalah muhkamah/ jelas. Yang mutasyabih itu hanyalah kaifiyyah (cara-cara/ tentang bagaimana)nya. Tentang cara (Allah bersemayam, misalnya) itu lah yang ghaib, tidak diketahui kecuali oleh Allah SWT.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Misalnya ayat “al-qodar” (ketentuan Allah), maka mereka pertama-tama; Menjadikan ayat-ayat sifat itu termasuk mutasyabih. Kedua, mereka memasukinya dengan semata-mata pakai akal dan analog/ perbandingan akal, yang mengukur hal yang ghaib (abstrak) dengan hal yang tampak nyata (konkret). Ketiga: Mereka masuk ke dalam (pembicaraan panjang lebar tentang) qadar (ketentuan Allah), padahal itu adalah rahasia Allah mengenai ciptaan-Nya. Keempat: Mereka tidak mengembalikan apa yang mereka anggap mutasyabih itu kepada muhkam (yang jelas). Maka jadilah manhaj mereka dalam membuat landasan itu adalah susunan dari kesalahan-kesalahan yang bertumpuk-tumpuk ketika mereka menjadikan yang muhkam (yang jelas) menjadi mutasyabih (samar), dan mereka menjadikan akal-akal mereka sebagai hakim terhadap hal yang ghaib, dan masuk ke pembicaraan yang dilarang oleh Allah, dan mengukur hal yang ghaib dengan hal yang tampak nyata, dan tidak mengembalikan nash-nash kepada sebagian (lain)nya. Oleh karena itu Rasulullah  Shallallahu'alaihi wassallam  memperingatkan mereka:</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata; Rasulullah  Shallallahu'alaihi wassallam  membaca (ayat):</span></div> </span><h4 style="box-sizing: border-box; font-weight: normal; margin: 0px; text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ ءَايَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ</span></h4> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">“Dialah yang menurunkan Al-Kitab (Al-Quran) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamat itulah pokok-pokok isi al-Quran dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat.” (Ali Imran: 7). Lalu Rasulullah  Shallallahu'alaihi wassallam bersabda: “Maka apabila kamu melihat orang-orang yang mengikuti yang samar dari Al-Quran itu maka mereka itulah orang-orang yang Allah namakan ( orang-orang yang di dalam hatinya condong kepada kesesatan) maka waspadalah kalian terhadap mereka. (Syarhus Sunnah 1/202, lihat Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2, hal 8, riwayat Imam Ahmad dari Ibnu Mulaikah dari Aisyah).</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Ini adalah peringatan yang jelas dari Nabi  Shallallahu'alaihi wassallam  tentang ahli hawa nafsu dan orang-orang yang di dalam hatinya condong kepada kesesatan, dan ahli ta’wil yaitu ahli kalam. Karena memang mereka itulah yang di dalam ayat: “Adapun orang yang hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta’wilnya.” (Ali Imran: 7).</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Diriwayatkan oleh Muslim dengan sanadnya bahwa Abdullah bin Mas’ud berkata: “Tidaklah kamu sebagai seorang yang berbicara kepada suatu kaum dengan suatu pembicaraan yang tidak terjangkau oleh akal mereka kecuali menjadi fitnah bagi sebagian mereka.” (Shahih Muslim 1/11).</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Al-Baghowi berkata: Umar bin Al-Khatthab berkata: “ Sesungguhnya akan datang manusia-manusia yang mengambil tindakan kepadamu dengan syubhat-syubhat al-Quran, maka ambillah tindakan kepada mereka dengan sunnah-sunnah, karena pemegang-pemegang sunnah (ash-habus sunnah) itu lebih tahu terhadap kitab Allah. (Syarhus Sunnah 1/202).</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Az-Zuhri berkata: Janganlah kamu membuat tandingan terhadap kitabullah dan jangan pula terhadap sunnah Rasulillah  Shallallahu'alaihi wassallam , artinya janganlah kamu menjadikan sesuatu sebagai tandingan terhadap keduanya lalu kamu meninggalkan keduanya karena (mengikuti) pendapat orang.” (Syarhus Sunnah 1/202).</span></div> </span></blockquote> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b style="background-color: white; box-sizing: border-box; line-height: 19.200000762939453px;">V. Mengqiyaskan yang ghaib dengan yang nyata.</b></span></div> <blockquote class="tr_bq" style="background-color: white; border-left-color: rgb(15, 131, 160); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; box-sizing: border-box; font-style: italic; line-height: 1.3em; margin: 15px; padding-left: 10px;"> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 1.3em;">Hal itu karena ciri-ciri ahli hawa nafsu adalah kurangnya perbendaharaan ilmu syar’i, kurangnya pengetahuan agama, dan bodohnya mengenai manhaj salaf. Sampai-sampai di antara orang yang berilmu di kalangan mereka pun demikian pula, pemahamannya ditutupi oleh hawa nafsunya. Oleh karena itu mereka mempercayakan kepada pendapat dan akal-akal mereka, dan menjadikan akal itu sebagai hakim mengenai nash-nash (ayat dan hadits) tanpa menjaga pokok-pokok cara pengambilan dalil dan pemahaman. Dan mereka tidak membedakan antara yang ada kemungkinan akal itu memiliki wilayah di sana seperti tentang dalil-dalil mengenai hukum, dan antara yang tidak mungkin dijangkau oleh pendapat dan akal yaitu sifat-sifat Allah, qadar, dan semua hal yang ghaib. Maka apabila diajukan kepada mereka nash-nashnya, lalu mereka menghukuminya dengan akal mereka yang tidak punya kemampuan ilmu kecuali pengetahuan yang sedikit dalam hal yang ghaib dan yang tak terjangkau indera. Maka mereka mengqiyaskan hal ghaib yang tidak terjangkau akal itu dengan hal-hal yang dijangkau indera. Oleh karena itu mereka goncang. Maka tiap golongan dari mereka menggunakan qiyas ini dalam hal yang ditetapkan, dan mengingkarinya dalam hal yang dinafikan oleh qiyas. Dan mereka menolak setiap golongan yang menentang digunakannya qiyas model itu.</span></div> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Padahal qiyas dalam hal aqidah dan hal yang ghaib itu adalah berbicara sesuatu tanpa mengetahuinya. Oleh karena itu ulama salaf berkata bahwa qiyas yang berhadapan dengan nash itu adalah cara iblis. Diriwayatkan dari Ibnu Sirin, ia berkata:</span></div> </span><h4 style="box-sizing: border-box; font-weight: normal; margin: 0px; text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">أَوَّلُ مَنْ قَاسَ إبْلِيسُ وَمَا عُبِدَتْ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ إلَّا بِالْمَقَايِيسِ يَعْنِي : قِيَاسَ مَنْ يُعَارِضُ النَّصَّ وَمَنْ قَاسَ قِيَاسًا فَاسِدًا وَكُلُّ قِيَاسٍ عَارَضَ النَّصَّ فَإِنَّهُ لَا يَكُونُ إلَّا فَاسِدًا وَأَمَّا الْقِيَاسُ الصَّحِيحُ فَهُوَ مِنْ الْمِيزَانِ الَّذِي أَنْزَلَهُ اللَّهُ وَلَا يَكُونُ مُخَالِفًا لِلنَّصِّ قَطُّ بَلْ مُوَافِقًا لَهُ .</span></h4> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">“Pertama kali orang yang berqiyas adalah iblis, dan tidaklah matahari dan bulan itu disembah kecuali karena qiyas.” (Ad-Darimi 1/65). (Imam Ibnu Taimiyah menjelaskan) yaitu qiyas orang yang menentang nash (teks ayat atau hadits) dan orang yang membuat qiyas dengan qiyas yang rusak. Dan setiap qiyas yang menentang nash maka sesungguhnya tidak ada kecuali kerusakan. Adapun qiyas yang benar maka dia dari timbangan yang diturunkan Allah dan tidak menyelisihi nash sama sekali, bahkan menyesuaikan kepadanya.</span></div> </span><h4 style="box-sizing: border-box; font-weight: normal; margin: 0px; text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">عَنِ الْحَسَنِ : أَنَّهُ تَلاَ هَذِهِ الآيَةَ ( خَلَقْتَنِى مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ) قَالَ : قَاسَ إِبْلِيسُ ، وَهُوَ أَوَّلُ مَنْ قَاسَ. سنن الدارمى – (ج 1 / ص 219)</span></h4> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Dari Hasan al-Basri bahwa ia membaca ayat ini:</span></div> </span><h4 style="box-sizing: border-box; font-weight: normal; margin: 0px; text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">خَلَقْتَنِى مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ</span></h4> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">“Engkau menciptakan aku dari api dan Engkau menciptakannya (Adam) dari tanah. (Shaad: 76), Hasan Al-Basri berkata;</span></div> </span><h4 style="box-sizing: border-box; font-weight: normal; margin: 0px; text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">قَاسَ إِبْلِيسُ ، وَهُوَ أَوَّلُ مَنْ قَاسَ</span></h4> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">“Iblis berqiyas, dan dialah orang yang pertama kali berqiyas.” (Ad-Darimi 1/65).</span></div> </span><h4 style="box-sizing: border-box; font-weight: normal; margin: 0px; text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">وَلِهَذَا قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَد : أَكْثَرُ مَا يُخْطِئُ النَّاسُ مِنْ جِهَةِ التَّأْوِيلِ وَالْقِيَاسِ . وَقَالَ : يَجْتَنِبُ الْمُتَكَلِّمُ فِي الْفِقْهِ هَذَيْنِ الْأَصْلَيْنِ الْمُجْمَلِ وَالْقِيَاسِ وَهَذِهِ الطَّرِيقُ يَشْتَرِكُ فِيهَا جَمِيعُ أَهْلُ الْبِدَعِ الْكِبَارِ وَالصِّغَارِ فَهِيَ طَرِيقُ الجهمية وَالْمُعْتَزِلَةِ وَمَنْ دَخَلَ فِي التَّأْوِيلِ مِنْ الْفَلَاسِفَةِ وَالْبَاطِنِيَّةِ الْمَلَاحِدَةِ .</span></h4> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Oleh karena itu Imam Ahmad berkata: “Paling banyak kesalahan manusia itu dari arah ta’wil dan qiyas.” Dan ia berkata: “Dua hal pokok yang menjauhkan pembicara dari kefahaman adalah almujmal (garis besar/ global, pukul rata) dan qiyas (perbandingan/ analogi). Di dalam cara (mujmal dan qiyas) inilah bergabung seluruh ahli bid’ah yang kecil maupun yang besar. Dia itu adalah jalan golongan Jahmiyah, Mu’tazilah dan orang-orang yang memasuki wilayah ta’wil yaitu filosof, kebatinan, dan atheis/ anti Tuhan.” (Al-Fatawa Ibnu Taimyyah 17/ 355, 356).</span></div> </span></blockquote> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><b style="background-color: white; box-sizing: border-box; line-height: 19.200000762939453px;">VI. Bergantung dengan perkataan, aqidah, pandangan, atau sikap yang nyleneh</b></span></div> <blockquote class="tr_bq" style="background-color: white; border-left-color: rgb(15, 131, 160); border-left-style: solid; border-left-width: 2px; box-sizing: border-box; font-style: italic; line-height: 1.3em; margin: 15px; padding-left: 10px;"> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 1.3em;">Pola-pola ahli hawa nafsu dalam hal mencari dalil sebagai landasan adalah keluar dari pola umum kaum salaf atau yang dijalani oleh seluruh kaum salaf. Dan ahli hawa nafsu itu bergantung kepada sebagian perkataan, perbuatan, dan sikap-sikap yang nyleneh atau minor, atau yang menyelisihi pendapat jumhur (mayoritas) ulama. Dan (mereka bergantung pula kepada pendapat) yang timbul dari sebagian ulama atau salah satu dari mereka (yang menyelisihi mayoritas ulama), yang hal ini mengandung fitnah bagi sebagian orang yang jatuh pada sikap menyelisihi apa yang difahami jumhur ulama sunnah dan para imam. Seperti penafian Aisyah terhadap ru’yah (melihat Allah di hari qiyamat, –Aisyah RA sesungguhnya hanyalah menafikan ru’yah (melihat Allah) dengan mata, dan ini pendapat jumhur ahli ilmu, tetapi datang perkataan Aisyah dalam keadaan mutlak, maka dijadikan pegangan oleh orang-orang yang menafikan ru’yah, yang meniadakannya). Dan (ahli hawa nafsu bergantung kepada) perkataan Abu Hanifah tentang irja’ (ditangguhkan, yaitu faham tentang penangguhan di akherat tentang benar atau salah seseorang, tidak dihukumi di dunia tentang kafir tidaknya).</span></div> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Setiap orang yang mengikuti hawa nafsu kadang-kadang memiliki pemikiran yang nyleneh atau ngaco yang membuat fitnah dan merancukan bagi manusia.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">(Dinukil –dan dimodifikasi– dari Al-Ahwa’ wal firoq wal-bida’ ‘ibro tarikh al-Islami masirotu rokbis syaithoni, oleh Dr Nashir bin Abdul Karim Al-’Aql, Darul Wathan, Riyadh, cetakan pertama, 1415H).</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Sumber awal kekeliruannya</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Kenapa mereka menempuh jalan yang keliru seperti tersebut di atas, berikut inilah sumber awalnya, sebagaimana telah diuraikan oleh Imam Ibnu Taimiyyah, dengan lebih dulu mengemukakan ayat dan hadits, di antaranya:</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Allah Ta’ala berfirman:</span></div> </span><h4 style="box-sizing: border-box; font-weight: normal; margin: 0px; text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">{ فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّي}</span></h4> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. (QS At-Taubah: 11).</span></div> </span><h4 style="box-sizing: border-box; font-weight: normal; margin: 0px; text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">{ وَمَا أُمِرُوا إلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ }</span></h4> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS Al-Bayyinah: 5).</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Ini sesuai dengan hadits dalam shahihain:</span></div> </span><h4 style="box-sizing: border-box; font-weight: normal; margin: 0px; text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ شُعْبَةً ، وَأَفْضَلُهَا قَوْلُ : لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ ، وَأَدْنَاهَا : إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ ، أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ ،</span></h4> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Artinya :”Iman itu ada tujuh puluh lebih cabangnya. Yang paling utama ialah perkataan Laa illaaha illallaah (tiada Tuhan –yang disembah dengan haq– selain Allah). Yang paling rendah adalah membuang duri dari jalan. Dan malu itu satu cabang dari iman.”(HR Bukhari dan Muslim, lafadh ini bagi Muslim dari Abu Hurairah).</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Maka yang dimaksudkan itu bahwa pengertian apa yang dibawa oleh Rasul dan yang diinginkan dengan lafal-lafal Al-Qur’an dan hadits itulah dia pangkal ilmu dan iman, kebahagiaan dan keselamatan. Kemudian pengertian apa yang dikatakan manusia dalam bab ini agar dilihat makna-makna yang menyepakati Rasul dan makna-makna yang menyelisihinya.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Lafal-lafal (perkataan-perkataan) itu ada dua macam. Macam pertama terdapat di dalam perkataan Allah dan Rasul-Nya. Macam kedua tidak terdapat dalam kalam Allah dan Rasul-Nya. Maka yang jadi pangkal adalah mengetahui makna awal (perkataan Allah dan Rasul-Nya) itu. Sedang mengetahui perkataan yang dimaksud manusia (yang bukan perkataan Allah dan Rasul-Nya) adalah pada (urutan) yang kedua dan dirujukkan kepada yang pertama (perkataan Allah dan Rasul-Nya). Inilah jalan ahli Al-Qur’an dan As-Sunnah.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Sedang jalan ahli sesat dan bid’ah adalah sebaliknya. Mereka menjadikan lafal-lafal yang mereka buat secara baru (bukan lafal dari Allah dan Rasul-Nya) dan makna-maknanya itulah yang jadi pangkal. Dan mereka menjadikan apa yang dikatakan Allah dan Rasul-Nya sebagai hal yang mengikuti mereka, maka mereka mengembalikannya pada ta’wilan (memalingkan dari makna dhahirnya kepada makna lainnya), dan tahrif (pengubahan) kepada makna-makna milik mereka, dan mereka mengatakan: “Kami menafsiri Al-Qur’an dengan akal dan bahasa.” Mereka maksudkan bahwa mereka meyakini makna dengan akal mereka dan ro’yu (pandangan) mereka, kemudian mereka menta’wil Al-Qur’an atas dasar ro’yu itu dengan apa yang mereka bisa berupa ta’wilan-ta’wilan dan tafsiran-tafsiran yang bermuatan untuk tahrif (mengubah) kalimat-kalimat dari tempatnya. Oleh karena itu Imam Ahmad berkata:</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">“Paling banyak kesalahan manusia itu dari arah ta’wil dan qiyas.” Dan ia berkata: “Dua hal pokok yang menjauhkan pembicara dari kefahaman adalah almujmal (garis besar/ global, pukul rata) dan qiyas (perbandingan/ analogi). Di dalam cara (mujmal dan qiyas) inilah bergabung seluruh ahli bid’ah yang kecil maupun yang besar. Dia itu adalah jalan golongan Jahmiyah, Mu’tazilah dan orang-orang yang memasuki wilayah ta’wil yaitu filosof, kebatinan, dan atheis/ anti Tuhan.” (Ibnu Taimiyyah, Majmu’ Fatawa, juz 4 halaman 12) مجموع فتاوى ابن تيمية - (ج 4 / ص 12)).</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Contoh pendapat aneh</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Abdul Munir Mulkhan wakil rector UIN Jogjakarta dan petinggi di Muhammadiyah (tadinya, kini dia termasuk dalam Komnas HAM –Hak Asasi manusia –?–) berpendapat, kalau yang masuk surga orang tertentu (Islam) saja maka akan kesendirian dan tak kerasan di surga.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Mulkhan sangat berani mereka-reka dengan mengatakan, Surga Tuhan itu nanti dimungkinkan terdiri dari banyak “kamar” yang bisa dimasuki dengan beragam jalan atau agama. Karena itu, semua manusia berpeluang masuk surga sesuai keagamaan dan kapasitasnya masing-masing, jika benar-benar memang percaya (iman) dan berminat. (Abdul Munir Mulkhan, Ajaran dan Jalan Kematian Syekh Siti Jenar; Konflik Elite dan Lahirnya Mas Kerebet, Penerbit : Kreasi Wacana, Yogyakarta Cetakan : Keempatbelas Juli 2004 Tebal : 316 halaman;hlm. 25).</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Dalam hal bicara surga, sebenarnya menurut Islam termasuk hal ghaib yang hanya boleh bicara berdasarkan wahyu (Al-Qur’an dan As-Sunnah) karena yang tahu kunci-kunci hal ghaib itu hanya Allah dan para utusan yang Dia beritahu.</span></div> </span><h4 style="box-sizing: border-box; font-weight: normal; margin: 0px; text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ(59)</span></h4> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS Al-An’aam:59).</span></div> </span><h4 style="box-sizing: border-box; font-weight: normal; margin: 0px; text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">مَا كَانَ اللَّهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتَّى يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَجْتَبِي مِنْ رُسُلِهِ مَنْ يَشَاءُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا فَلَكُمْ أَجْرٌ عَظِيمٌ(179)</span></h4> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mu’min). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasulNya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar. (QS Ali Imran: 179).</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Ungkapan-ungkapan Abdul Munir Mulkhan (dari UIN –Universitas Islam Negeri, dahulu IAIN— Jogjakarta) ini adalah kebohongan yang dilandasi dengan duga-duga belaka, tidak lebih unggul dibanding dukun-dukun yang mengaku-ngaku dirinya tahu rahasia kegaiban atas bisikan Syetan sebagai walinya. Ungkapannya yang sangat berbahaya adalah: “Surga Tuhan itu nanti dimungkinkan terdiri dari banyak “kamar” yang bisa dimasuki dengan beragam jalan atau agama.”</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Kalimat Abdul Munir Mulkhan itu bertentangan dengan Al-Qur’an:</span></div> </span><h4 style="box-sizing: border-box; font-weight: normal; margin: 0px; text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ(85)</span></h4> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS Ali Imran: 85).</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Di kesempatan lain Mulkhan mengatakan, “Dalam logika orang desa, kalau ada satu kelompok yang merasa benar sendiri dan yang lain dituding salah atau sesat, nanti saya khawatir kesepian di surga; tidak ada temannya. Klaim-klaim kebenaran absolut seperti itu sesungguhnya lebih menunjukkan, barangkali dalam bahasa yang agak sarkastik, kurang menyadari bahwa hidup sosial tidak bisa sendirian. Di hutan saja pun tidak bisa hidup sendirian, mesti bersama hewan-hewan, pohon-pohonan dan semak belukar.” (islamlib.com Abdul Munir Mulkhan: Islam adalah “Produk” Lokal, Tanggal dimuat: 14/4/2002).</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Ungkapan Abdul Munir Mulkan, “kesepian di surga” dan sebagainya itu bertentangan dengan ayat:</span></div> </span><h4 style="box-sizing: border-box; font-weight: normal; margin: 0px; text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا(107)خَالِدِينَ فِيهَا لَا يَبْغُونَ عَنْهَا حِوَلًا(108)</span></h4> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah daripadanya. (QS Al-Kahfi/ 18: 107-108).</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Kalau ada rasa kesepian di surga, maka tentunya mereka ingin pindah dari surga. Ternyata Allah menegaskan, mereka tidak ingin berpindah. Betapa dustanya perkataan Abdul Munir Mulkhan yang bertentangan dengan firman Allah Ta’ala itu.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Kalau orang Liberal masih berkilah bahwa mukmin di situ termasuk pula kini orang-orang Yahudi, Nasrani dan lainnya, maka kilah mereka itu sudah ada jawaban tuntasnya:</span></div> </span><h4 style="box-sizing: border-box; font-weight: normal; margin: 0px; text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;">عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ * . (رواه مسلم).</span></h4> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Rasulullah Shallallahu'alaihi wassallam  bahwa beliau bersabda: “Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tanganNya, tidaklah seseorang dari Ummat ini yang mendengar (agama)ku, baik dia itu seorang Yahudi maupun Nasrani, kemudian dia mati dan belum beriman dengan apa yang aku diutus dengannya, kecuali dia termasuk penghuni neraka.” (Hadits Riwayat Muslim bab Wujubul Iimaan birisaalati Nabiyyinaa  Shallallahu'alaihi wassallam  ilaa jamii’in naasi wa naskhul milal bimillatihi, wajibnya beriman kepada risalah Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi seluruh manusia dan penghapusan agama-agama dengan agama beliau).</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 1.3em;">Itulah contoh, orang berbicara tentang hal ghaib dengan sekadar mengemukakan qiyas (analog/ perbandingan), secara mujmal (serampangan), mendahulukan perkataannya sendiri dibanding nash (ayat dan hadits). Sehingga sangat aneh, dan sangat lancang lagi sesat, berbicara masalah ghaib, bahkan ketentuan masuk surga, hanya dengan reka-rekaan akal serampangannya. Maka bertabrakanlah dengan ayat-ayat dan hadits seperti tersebut di atas. Wallahu a’lam bis shawab.</span></div> </span></blockquote> <br /> <div style="text-align: justify;"> <span style="font-family: Georgia, 'Times New Roman', serif; line-height: 19.200000762939453px;"><br /></span></div> <span style="font-family: Georgia, Times New Roman, serif;"><div style="text-align: justify;"> <span style="background-color: white; line-height: 19.200000762939453px;">*Makalah ini disampaikan dalam Dauroh Du’at (Penataran Para Da’i) se-Kabupaten Magelang dan Eks Karesidenan Kedu Jawa Tengah, dilanjutkan dengan Tabligh Umum yang diselenggarakan Perwakilan DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia) Magelang di Masjid An-Nur Ruhul Islam Magelang, Ahad 2 Jumadil Ula 1430H/ 26 April 2009M.</span></div> <div style="text-align: justify;"> <span style="line-height: 19.200000762939453px;"><br /></span></div> <span style="background-color: white; box-sizing: border-box; line-height: 19px; text-align: center;"><div style="text-align: justify;"> Ust. Hartono Ahmad Jaiz</div> </span></span>

6 Sebab Munculnya Pemikiran Sesat

Pembicaraan ini menyoroti kesalahan golongan-golongan yang menyimpang dari Islam dalam hal metode pengambilan dalil yang mereka pakai sebagai landasan keyakinan dan sikap pandang mereka. Kesalahan-kesalahan itu dilakukan oleh orang yang menyimpang, baik karena kebodohan ataupun karena kekeliruan pe…

Baca selengkapnya »

Zakat Mal / Harta, Pengertian dan Cara Menghitungnya

<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: center;"> <a class="pirobox" data-pirobox="gallery" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg717toRZgiAgiVcuYiHTCN4vr6-yZvqJk7uEv7JLAoy3_7ri8Qr-x2X80PCaJug0CA5NnBwbxb446KSB0QJjqVCKw8s22yOhaH6iM2Me_b1MVNiN2lpvHNET7zuEFGBbaN2Wgo94DxAH8/s1600/zakat+mal-blog+as-sunnah.jpg" imageanchor="1" style="-webkit-transition: all 0.4s ease-in-out; box-sizing: border-box; clear: right; color: #62929e; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em; text-align: justify; text-decoration: none; transition: all 0.4s ease-in-out;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg717toRZgiAgiVcuYiHTCN4vr6-yZvqJk7uEv7JLAoy3_7ri8Qr-x2X80PCaJug0CA5NnBwbxb446KSB0QJjqVCKw8s22yOhaH6iM2Me_b1MVNiN2lpvHNET7zuEFGBbaN2Wgo94DxAH8/s1600/zakat+mal-blog+as-sunnah.jpg" style="-webkit-box-shadow: rgb(181, 181, 181) 0px 0px 2px; -webkit-transition: all 0.4s ease-in-out; border: 1px solid rgb(224, 224, 224); box-shadow: rgb(181, 181, 181) 0px 0px 2px; box-sizing: border-box; height: auto; max-width: 100%; padding: 5px; transition: all 0.4s ease-in-out;" /></a></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <b style="box-sizing: border-box;">Banyak dari kaum Muslimin yang belum mengetahui </b><u style="box-sizing: border-box; font-weight: bold;">arti zakat mal dan cara menghitungnya</u><b style="box-sizing: border-box;">, dibawah ini adalah penjelasan dari Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri, MA mengenai </b><u style="box-sizing: border-box; font-weight: bold; text-align: center;">Zakat Mal / Harta, Pengertian dan Cara Menghitungnya.</u><span style="box-sizing: border-box; text-align: center;"> Apabila antum ingin mengetahui lebih dalam mengenai zakat, silahkan baca buku <b style="box-sizing: border-box;"><u style="box-sizing: border-box;"><a href="http://assunnahmedia.blogspot.com/2011/10/fatwa-fatwa-zakat_18.html" style="-webkit-transition: all 0.4s ease-in-out; box-sizing: border-box; color: #62929e; text-decoration: none; transition: all 0.4s ease-in-out;" target="_blank">Fatwa-fatwa Zakat</a></u></b> atau <u style="box-sizing: border-box;"><b style="box-sizing: border-box;"><a href="http://assunnahmedia.blogspot.com/2011/10/ensiklopedi-zakat_08.html" style="-webkit-transition: all 0.4s ease-in-out; box-sizing: border-box; color: #62929e; text-decoration: none; transition: all 0.4s ease-in-out;" target="_blank">Ensiklopedi Zakat</a>.</b></u></span></div> <div class="separator" style="background-color: white; box-sizing: border-box; clear: both; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: center;"> </div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <b style="box-sizing: border-box;"><u style="box-sizing: border-box; text-align: center;"><br style="box-sizing: border-box;" /></u></b></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Segala puji hanya milik Allâh Ta'ala, shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallâhu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan sahabatnya.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Harta benda beserta seluruh kenikmatan dunia diciptakan untuk kepentingan manusia, agar mereka bersyukur kepada Allâh Ta’ala dan rajin beribadah kepada-Nya. Oleh karena itu tatkala Nabi Ibrahim 'alaihissalam, meninggalkan putranya, Nabi Ismail 'alaihissalam di sekitar bangunan Ka’bah, beliau berdoa:</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Ya Rabb kami,</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> di lembah yang tidak mempunyai tanaman di dekat rumah-Mu yang dihormati.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Ya Rabb kami,</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat,</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> dan berilah mereka rizki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> (Qs. Ibrâhîm/14:37)</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Inilah hikmah diturunkannya rizki kepada umat manusia, sehingga bila mereka tidak bersyukur, maka seluruh harta tersebut akan berubah menjadi petaka dan siksa baginya.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> …Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> dan tidak menafkahkannya pada jalan Allâh,</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> maka beritahukanlah kepada mereka</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Pada hari dipanaskan emas dan perak itu dalam neraka Jahannam,</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> lalu dahi, lambung dan punggung mereka dibakar dengannya,</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> (lalu dikatakan) kepada mereka:</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri,</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu”.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> (Qs. at-Taubah/9:34-35)</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Ibnu Katsir rahimahullâh berkata:</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> “Dinyatakan bahwa setiap orang yang mencintai sesuatu dan lebih mendahulukannya dibanding ketaatan kepada Allâh, niscaya ia akan disiksa dengannya. Dan dikarenakan orang-orang yang disebut pada ayat ini lebih suka untuk menimbun harta kekayaannya daripada mentaati keridhaan Allâh, maka mereka akan disiksa dengan harta kekayaannya. Sebagaimana halnya Abu Lahab, dengan dibantu oleh istrinya, ia tak henti-hentinya memusuhi Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam, maka kelak pada hari kiamat, istrinya akan berbalik ikut serta menyiksa dirinya. Di leher istri Abu Lahab akan terikatkan tali dari sabut, dengannya ia mengumpulkan kayu-kayu bakar di neraka, lalu ia menimpakannya kepada Abu Lahab. Dengan cara ini, siksa Abu Lahab semakin terasa pedih, karena dilakukan oleh orang yang semasa hidupnya di dunia paling ia cintai. Demikianlah halnya para penimbun harta kekayaan. Harta kekayaan yang sangat ia cintai, kelak pada hari kiamat menjadi hal yang paling menyedihkannya. Di neraka Jahannam, harta kekayaannya itu akan dipanaskan, lalu digunakan untuk membakar dahi, perut, dan punggung mereka”.[1]</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Ibnu Hajar al-Asqalâni rahimahullâh berkata:</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> “Dan hikmah dikembalikannya seluruh harta yang pernah ia miliki, padahal hak Allâh (zakat) yang wajib dikeluarkan hanyalah sebagiannya saja, ialah karena zakat yang harus dikeluarkan menyatu dengan seluruh harta dan tidak dapat dibedakan. Dan karena harta yang tidak dikeluarkan zakatnya adalah harta yang tidak suci”.[2]</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Singkat kata, zakat adalah persyaratan dari Allâh Ta’ala kepada orang-orang yang menerima karunia berupa harta kekayaan agar harta kekayaan tersebut menjadi halal baginya.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> NISHAB ZAKAT EMAS DAN PERAK</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Emas dan perak adalah harta kekayaan utama umat manusia. Dengannya, harta benda lainnya dinilai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya akan membahas nishab keduanya dan harta yang semakna dengannya, yaitu uang kertas.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Dari Sahabat ‘Ali radhiyallâhu'anhu, ia meriwayatkan dari Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam,</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Beliau bersabda:</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> “Bila engkau memiliki dua ratus dirham dan telah berlalu satu tahun (sejak memilikinya), maka padanya engkau dikenai zakat sebesar lima dirham. Dan engkau tidak berkewajiban membayar zakat sedikitpun – maksudnya zakat emas- hingga engkau memiliki dua puluh dinar. Bila engkau telah memiliki dua puluh dinar dan telah berlalu satu tahun (sejak memilikinya), maka padanya engkau dikenai zakat setengah dinar. Dan setiap kelebihan dari (nishab) itu, maka zakatnya disesuaikan dengan hitungan itu”.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> (Riwayat Abu Dawud, al-Baihaqi, dan dishahîhkan oleh Syaikh al-Albâni)</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Dari Sahabat Abu Sa’id al-Khudri radhiyallâhu'anhu, ia menuturkan:</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda:</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> “Tidaklah ada kewajiban zakat pada uang perak yang kurang dari lima Uqiyah “.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> (Muttafaqun ‘alaih)</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Dalam hadits riwayat Abu Bakar radhiyallâhu'anhu dinyatakan:</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Dan pada perak, diwajibkan zakat sebesar seperdua puluh (2,5 %).</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> (Riwayat al-Bukhâri)</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Hadits-hadits di atas adalah sebagian dalil tentang penentuan nishab zakat emas dan perak, dan darinya, kita dapat menyimpulkan beberapa hal:</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> 1. Nishab adalah batas minimal dari harta zakat</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Bila seseorang telah memiliki harta sebesar itu, maka ia wajib untuk mengeluarkan zakat. Dengan demikian, batasan nishab hanya diperlukan oleh orang yang hartanya sedikit, untuk mengetahui apakah dirinya telah berkewajiban membayar zakat atau belum. Adapun orang yang memiliki emas dan perak dalam jumlah besar, maka ia tidak lagi perlu untuk mengetahui batasan nishab, karena sudah dapat dipastikan bahwa ia telah berkewajiban membayar zakat. Oleh karena itu, pada hadits riwayat Ali radhiyallâhu'anhu di atas, Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam menyatakan: “Dan setiap kelebihan dari (nishab) itu, maka zakatnya disesuaikan dengan hitungan itu”.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> 2. Nishab emas, adalah 20 (dua puluh) dinar, atau seberat 91 3/7 gram emas.[3]</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> 3. Nishab perak, yaitu sebanyak 5 (lima) ‘uqiyah, atau seberat 595 gram.[4]</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> 4. Kadar zakat yang harus dikeluarkan dari emas dan perak bila telah mencapai nishab adalah atau 2,5%.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> 5. Perlu diingat, bahwa yang dijadikan batasan nishab emas dan perak tersebut, ialah emas dan perak murni (24 karat).[5] Dengan demikian, bila seseorang memiliki emas yang tidak murni, misalnya emas 18 karat, maka nishabnya harus disesuaikan dengan nishab emas yang murni (24 karat), yaitu dengan cara membandingkan harga jualnya, atau dengan bertanya kepada toko emas, atau ahli emas, tentang kadar emas yang ia miliki. Bila kadar emas yang ia miliki telah mencapai nishab, maka ia wajib membayar zakatnya, dan bila belum, maka ia belum berkewajiban untuk membayar zakat.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Orang yang hendak membayar zakat emas atau perak yang ia miliki, dibolehkan untuk memilih satu dari dua cara berikut.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Cara pertama, membeli emas atau perak sebesar zakat yang harus ia bayarkan, lalu memberikannya langsung kepada yang berhak menerimanya.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Cara kedua, ia membayarnya dengan uang kertas yang berlaku di negerinya sejumlah harga zakat (emas atau perak) yang harus ia bayarkan pada saat itu.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Sebagai contoh, bila seseorang memiliki emas seberat 100 gram dan telah berlalu satu haul, maka ia boleh mengeluarkan zakatnya dalam bentuk perhiasan emas seberat 2,5 gram. Sebagaimana ia juga dibenarkan untuk mengeluarkan uang seharga emas 2,5 gram tersebut. Bila harga emas di pasaran Rp. 200.000, maka, ia berkewajiban untuk membayarkan uang sejumlah Rp. 500.000,- kepada yang berhak menerima zakat.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Syaikh Muhammad bin Shâlih al-’Utsaimin rahimahullâh berkata:</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> “Aku berpendapat, bahwa tidak mengapa bagi seseorang membayarkan zakat emas dan perak dalam bentuk uang seharga zakatnya. Ia tidak harus mengeluarkannya dalam bentuk emas. Yang demikian itu, lebih bermanfaat bagi para penerima zakat. Biasanya, orang fakir, bila engkau beri pilihan antara menerima dalam bentuk kalung emas atau menerimanya dalam bentuk uang, mereka lebih memilih uang, karena itu lebih berguna baginya.”[6]</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Catatan Penting Pertama.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Perlu diingat, bahwa harga emas dan perak di pasaran setiap saat mengalami perubahan, sehingga bisa saja ketika membeli, tiap 1 gram seharga Rp 100.000,- dan ketika berlalu satu tahun, harga emas telah berubah menjadi Rp. 200.000,- Atau sebaliknya, pada saat beli, 1 gram emas harganya sebesar Rp. 200.000,- sedangkan ketika jatuh tempo bayar zakat, harganya turun menjadi Rp. 100.000,-</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Pada kejadian semacam ini, yang menjadi pedoman dalam pembayaran zakat adalah harga pada saat membayar zakat, bukan harga pada saat membeli.[7]</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> NISHAB ZAKAT UANG KERTAS</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Pada zaman dahulu, umat manusia menggunakan berbagai cara untuk bertransaksi dan bertukar barang, agar dapat memenuhi kebutuhannya. Pada awalnya, kebanyakan menggunakan cara barter, yaitu tukar-menukar barang. Akan tetapi, tatkala manusia menyadari bahwa cara ini kurang praktis - terlebih bila membutuhkan dalam jumlah besar maka manusia berupaya mencari alternatif lain. Hingga akhirnya, manusia mendapatkan bahwa emas dan perak sebagai barang berharga yang dapat dijadikan sebagai alat transaksi antar manusia, dan sebagai alat untuk mengukur nilai suatu barang.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Dalam perjalanannya, manusia kembali merasakan adanya berbagai kendala dengan uang emas dan perak, sehingga kembali berpikir untuk mencari barang lain yang dapat menggantikan peranan uang emas dan perak itu. Hingga pada akhirnya ditemukanlah uang kertas. Dari sini, mulailah uang kertas tersebut digunakan sebagai alat transaksi dan pengukur nilai barang, menggantikan uang dinar dan dirham.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Berdasarkan hal ini, maka para ulama menyatakan bahwa uang kertas yang diberlakukan oleh suatu negara memiliki peranan dan hukum, seperti halnya yang dimiliki uang dinar dan dirham. Dengan demikian, berlakulah padanya hukum-hukum riba dan zakat.[8]</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Bila demikian halnya, maka bila seseorang memiliki uang kertas yang mencapai harga nishab emas atau perak, ia wajib mengeluarkan zakatnya, yaitu 2,5% dari total uang yang ia miliki. Dan untuk lebih jelasnya, maka saya akan mencoba mejelaskan hal ini dengan contoh berikut.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Misalnya satu gram emas 24 karat di pasaran dijual seharga Rp.200.000,- sedangkan 1 gram perak murni dijual seharga Rp. 25.000,- Dengan demikian, nishab zakat emas adalah 91 3/7 x Rp. 200.000 = Rp. 18.285.715,- sedangkan nishab perak adalah 595 x Rp 25.000 = Rp. 14.875.000,-.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Apabila pak Ahmad (misalnya), pada tanggal 1 Jumadits-Tsani 1428 H memiliki uang sebesar Rp. 50.000.000,- lalu uang tersebut ia tabung dan selama satu tahun (sekarang tahun 1429H) uang tersebut tidak pernah berkurang dari batas minimal nishab di atas, maka pada saat ini pak Ahmad telah berkewajiban membayar zakat malnya. Total zakat mal yang harus ia bayarkan ialah:</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Rp. 50.000.000 x 2,5 % = Rp 1.250.000,-</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> (atau Rp. 50.000.000 dibagi 40)</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Pada kasus pak Ahmad di atas, batasan nishab emas ataupun perak, sama sekali tidak diperhatikan, karena uang beliau jelas-jelas melebihi nishab keduanya. Akan tetapi, bila uang pak Ahmad berjumlah Rp. 16.000.000,- maka pada saat inilah kita mempertimbangkan batas nishab emas dan perak. Pada kasus kedua ini, uang pak Ahmad telah mencapai nishab perak, yaitu Rp. 14.875.000,- akan tetapi belum mancapai nishab emas yaitu Rp 18.285.715.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Pada kasus semacam ini, para ulama menyatakan bahwa pak Ahmad wajib menggunakan nishab perak, dan tidak boleh menggunakan nishab emas. Dengan demikian, pak Ahmad berkewajiban membayar zakat mal sebesar :</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Rp. 16.000.000 x 2,5 % = Rp. 400.000,-</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> (atau Rp. 16.000.000,- dibagi 40)</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Komisi Tetap Untuk Fatwa Kerajaan Saudi Arabia dibawah kepemimpinan Syaikh ‘Abdul-’Aziz bin Bâz rahimahullâh pada keputusannya no. 1881 menyatakan:</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> “Bila uang kertas yang dimiliki seseorang telah mencapai batas nishab salah satu dari keduanya (emas atau perak), dan belum mencapai batas nishab yang lainnya, maka penghitungan zakatnya wajib didasarkan kepada nishab yang telah dicapai tersebut”.[9]</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Catatan Penting Kedua.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Dari pemaparan singkat tentang nishab zakat uang di atas, maka dapat disimpulkan bahwa nishab dan berbagai ketentuan tentang zakat uang adalah mengikuti nishab dan ketentuan salah satu dari emas atau perak. Oleh karena itu, para ulama menyatakan bahwa nishab emas atau nishab perak dapat disempurnakan dengan uang atau sebaliknya.[10]</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Berdasarkan pemaparan di atas, bila seseorang memiliki emas seberat 50 gram seharga Rp. 10.000.000, (dengan asumsi harga 1 gram emas adalah Rp. 200.000,-) dan ia juga memiliki uang tunai sebesar Rp. 13.000.000, maka ia berkewajiban membayar zakat 2,5 %. Dalam hal ini walaupun masing-masing dari emas dan uang tunai yang ia miliki belum mencapai nishab, akan tetapi ketika keduanya digabungkan, jumlahnya (Rp. 23.000.000,-) mencapai nishab.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Dengan demikian orang tersebut berkewajiban membayar zakat sebesar Rp. 575.000,- berdasarkan perhitungan sebagai berikut:</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> (Rp 10.000.000,- + Rp. 13.000.000,-) x 2,5 % = Rp. 575.000,-</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> (atau Rp. 23.000.000,- dibagi 40)</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> ZAKAT PROFESI</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Pada zaman sekarang ini, sebagian orang mengadakan zakat baru yang disebut dengan zakat profesi, yaitu bila seorang pegawai negeri atau perusahaan yang memiliki gaji besar, maka ia diwajibkan untuk mengeluarkan 2,5 % dari gaji atau penghasilannya. Orang-orang yang menyerukan zakat jenis ini beralasan, bila seorang petani yang dengan susah payah bercocok tanam harus mengeluarkan zakat, maka seorang pegawai yang kerjanya lebih ringan dan hasilnya lebih besar dari hasil panen petani, tentunya lebih layak untuk dikenai kewajiban zakat. Berdasarkan qiyas ini, para penyeru zakat profesi mewajibkan seorang pegawai untuk mengeluarkan 2,5 % dari gajinya dengan sebutan zakat profesi.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Bila pendapat ini dikaji dengan seksama, maka kita akan mendapatkan banyak kejanggalan dan penyelewengan. Berikut secara sekilas bukti kejanggalan dan penyelewengan tersebut:</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> 1. Zakat hasil pertanian adalah (seper-sepuluh) hasil panen bila pengairannya tanpa memerlukan biaya, dan (seper-duapuluh) bila pengairannya membutuhkan biaya. Adapun zakat profesi, maka zakatnya adalah 2,5 % sehingga Qiyas semacam ini merupakan Qiyas yang sangat aneh (ganjil) dan menyeleweng.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> 2. Gaji diwujudkan dalam bentuk uang, maka gaji lebih tepat bila dihukumi dengan hukum zakat emas dan perak, karena sama-sama sebagai alat jual beli dan standar nilai barang.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> 3. Gaji bukanlah hal baru dalam kehidupan manusia secara umum dan umat Islam secara khusus. Keduanya telah ada sejak zaman dahulu kala. Berikut beberapa bukti yang menunjukkan hal itu:</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Sahabat ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallâhu'anhu pernah menjalankan suatu tugas dari Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam. Lalu ia pun diberi upah oleh Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam. Pada awalnya, Sahabat ‘Umar radhiyallâhu'anhu menolak upah tersebut, akan tetapi Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bersabda kepadanya:</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> “Bila engkau diberi sesuatu tanpa engkau minta, maka makan (ambil) dan sedekahkanlah”.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> (Riwayat Muslim)</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Seusai Sahabat Abu Bakar radhiyallâhu'anhu dibai’at untuk menjabat khilafah, beliau berangkat ke pasar untuk berdagang sebagaimana kebiasaan beliau sebelumnya. Di tengah jalan beliau berjumpa dengan ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallâhu'anhu, maka ‘Umar pun bertanya kepadanya:</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> “Hendak kemanakah engkau?”</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Abu Bakar menjawab:</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> “Ke pasar”.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> ‘Umar kembali bertanya:</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> “Walaupun engkau telah mengemban tugas yang menyibukanmu?”</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Abu Bakar menjawab:</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> “Subhanallah, tugas ini akan menyibukkan diriku dari menafkahi keluargaku?”</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Umar pun menjawab:</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> “Kita akan memberimu secukupmu”.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> (Riwayat Ibnu Sa’ad dan al-Baihaqi)</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Imam al-Bukhâri juga meriwayatkan pengakuan Sahabat Abu Bakar radhiyallâhu'anhu tentang hal ini.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Sungguh, kaumku telah mengetahui</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> bahwa pekerjaanku dapat mencukupi kebutuhan keluargaku.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Sedangkan sekarang aku disibukkan oleh urusan kaum muslimin,</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> maka sekarang keluarga Abu Bakar</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> akan makan sebagian dari harta ini (harta baitul-mâl),</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> sedangkan ia akan bertugas mengatur urusan mereka.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> (Riwayat Bukhâri)</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Riwayat-riwayat ini semua membuktikan, bahwa gaji dalam kehidupan umat Islam bukan sesuatu yang baru, akan tetapi, selama 14 abad lamanya tidak pernah ada satu pun ulama yang memfatwakan adanya zakat profesi atau gaji. Ini membuktikan bahwa zakat profesi tidak ada. Yang ada hanyalah zakat mal, yang harus memenuhi dua syarat, yaitu hartanya mencapai nishab dan telah berlalu satu haul (1 tahun).</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Oleh karena itu, ulama ahlul-ijtihad yang ada pada zaman kita mengingkari pendapat ini. Salah satunya ialah Syaikh Bin Bâz rahimahullâh, beliau berkata:</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> “Zakat gaji yang berupa uang, perlu diperinci, bila gaji telah ia terima, lalu berlalu satu tahun dan telah mencapai satu nishab, maka wajib dizakati. Adapun bila gajinya kurang dari satu nishab, atau belum berlalu satu tahun, bahkan ia belanjakan sebelumnya, maka tidak wajib dizakati”.[11]</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Fatwa serupa juga telah diedarkan oleh Anggota Tetap Komite Fatwa Kerajaan Saudi Arabia, dan berikut ini fatwanya:</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> “Sebagaimana telah diketahui bersama, bahwa di antara harta yang wajib dizakati adalah emas dan perak (mata uang). Dan di antara syarat wajibnya zakat pada emas dan perak (uang) adalah berlalunya satu tahun sejak kepemilikan uang tersebut. Mengingat hal itu, maka zakat diwajibkan pada gaji pegawai yang berhasil ditabungkan dan telah mencapai satu nishab, baik gaji itu sendiri telah mencapai satu nishab atau dengan digabungkan dengan uangnya yang lain dan telah berlalu satu tahun. Tidak dibenarkan untuk menyamakan gaji dengan hasil bumi, karena persyaratan haul (berlalu satu tahun sejak kepemilikan uang) telah ditetapkan dalam dalil, sehingga tidak boleh ada Qiyas. Berdasarkan itu semua, maka zakat tidak wajib pada tabungan gaji pegawai hingga telah berlalu satu tahun (haul)”.[12]</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Sebagai penutup tulisan singkat ini, saya mengajak pembaca untuk senantiasa merenungkan janji Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam berikut:</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Tidaklah shadaqah itu akan mengurangi harta kekayaan.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> (HR. Muslim)</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> Semoga pemaparan singkat di atas dapat membantu pembaca memahami metode penghitungan zakat maal yang benar menurut syari’at Islam. Wallahu Ta’ala A’lam bish-Shawâb.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <u style="box-sizing: border-box;">Catatan kaki</u></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> [1] Tafsir Ibnu Katsir (2/351-352). Hal semakna juga diungkapkan oleh Ibnu Hajar al-Asqalâni dalam kitabnya, Fathul-Bâri (3/305).</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> [2] Lihat Fathul-Bâri, 3/305.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> [3] Penentuan nishab emas dengan 91 3/7 gram, berdasarkan keputusan Komisi Tetap Fatwa Kerajaan Saudi Arabia no. 5522. Adapun Syaikh Muhammad bin Shâlih al-’Utsaimin menyatakan, bahwa nishab zakat emas adalah 85 gram, sebagaimana beliau tegaskan dalam bukunya, Majmu’ Fatâwâ wa Rasâ‘il, 18/130 dan 133).</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> [4] Penentuan nishab perak dengan 595 gram, berdasarkan penjelasan Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin pada berbagai kitab beliau, di antaranya Majmu’ Fatâwâ wa Rasâ‘il, 18/141.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> [5] Lihat Subulus-Salâm, ash-Shan’ani, 2/129.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> [6] Lihat Majmu’ Fatâwâ wa Rasâ‘il 18/155. Demikian juga difatwakan oleh Komisi Tetap Fatwa Kerajaan Saudi Arabia pada fatwanya no. 9564.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> [7] Majmu’ Fatâwâ wa Rasâ‘il, 18/96.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> [8] Sebagaimana ditegaskan pada keputusan konferensi Komisi Fiqih Islam di bawah Rabithah ‘Alam al-Islami, no. 6, pada rapatnya ke 5, tanggal 8 s/d 16 Rabiul-Akhir, Tahun 1402 H. Dan juga pada keputusan Komisi Tetap Fatwa Kerajaan Saudi Arabia no. 1881, 1728, dan difatwakan oleh Syaikh Muhammad bin Shâlih al-’Utsaimin dalam Majmu’ Fatâwâ wa Rasâ`il, 18/173.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> [9] Lihat Majmu’ Fatâwâ, Komisi Tetap Fatwa Kerajaan Saudi Arabia (9/254 fatwa no. 1881) dan Majmu’ Fatâwâ wa Maqalât al-Mutanawwi‘ah oleh Syaikh ‘Abdul-’Aziz bin Bâz (14/125).</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> [10] Lihat Maqalaat a- Mutanawwi’ah, Syaikh ‘Abdul-’Aziz bin Bâz, 14/125</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> .</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> [11] Maqalât al-Mutanawwi’ah, Syaikh ‘Abdul-’Aziz bin Bâz, 14/134. Pendapat serupa juga ditegaskan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin dalam Majmu’ Fatâwâ wa ar-Rasâ`il, 18/178.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> [12] Majmu’ Fatâwâ, Komisi Tetap Fatwa Kerajaan Saudi Arabia, 9/281 fatwa no. 1360.</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <br style="box-sizing: border-box;" /></div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> ](Oleh: Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri, MA)</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> (Majalah As-sunnah Edisi 05/Tahun XII)</div> <div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #333333; font-family: Verdana, Geneva, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.200000762939453px; text-align: justify;"> <div style="box-sizing: border-box; text-align: justify;"> <u style="box-sizing: border-box; text-align: center;"><b style="box-sizing: border-box;"><a href="http://assunnahmedia.blogspot.com/2012/03/zakat-mal-harta-pengertian-dan-cara.html" style="-webkit-transition: all 0.4s ease-in-out; box-sizing: border-box; color: #62929e; text-decoration: none; transition: all 0.4s ease-in-out;" target="_blank">Zakat Mal / Harta, Pengertian dan Cara Menghitungnya</a></b></u></div> <div style="text-align: justify;"> <u style="box-sizing: border-box; text-align: center;"><br /></u></div> </div>

Zakat Mal / Harta, Pengertian dan Cara Menghitungnya

Banyak dari kaum Muslimin yang belum mengetahui arti zakat mal dan cara menghitungnya, dibawah ini adalah penjelasan dari Ustadz DR. Muhammad Arifin Badri, MA mengenai Zakat Mal / Harta, Pengertian dan Cara Menghitungnya. Apabila antum ingin mengetahui lebih dalam mengenai zakat, silahkan baca buku…

Baca selengkapnya »